BAB
IV
HIPERTENSI
A.DEFENISI HIPERTENSI
The Joint
National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High
Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International
Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah
seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90
mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
Pada
anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95
persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur
sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah.1 The sixth Report
of The joint national Committee on Prevention,
detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang
dewasa menjadi enam kelompok yang
terlihat seperti pada tabel 1 dibawah.
Tabel I.
Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.1
Sumber : The sixth Report of The
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure, sixth report (JNC VI). Dikutip oleh Debra A. Krummel.
Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Dalam L. Kathleen M, Sylvia Escoott.
Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Elsevier; 2004
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka
systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran
tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum
adalah 120/80mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah
dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan
tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau
berolahraga.
Bila seseorang
mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan
pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita
kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah
tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras,
akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah
jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum
terjadinya stroke dan serangan jantung.
B.JENIS-JENIS HIPERTENSI
Pengelompokan
Hipertensi terdiri atas :
Ø Penyakit
Hipertensi Menurut Kausanya terbagi atas :
1. Hipertensi
Primary
Hipertensi esensial atau hipertensi
primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi
primer biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.
2. Hipertensi
Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana
terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau
kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara
umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang
berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).
Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah
sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita
hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang
parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia
dimasa kehamilannya itu.
Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil
yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit
kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu
makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi
maka disebut Eclamsia.
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat
sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan
sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain – lain. Klinis sulit untuk membedakan dua keadaan tersebut, terutama
pada penyakit ginjal menahun. Beratnya pengaruh hipertensi terhadap ginjal
tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Makin
tinggi tekanan darah dalam waktu lama makin berat komplikasi yang mungkin
ditimbulkan.
a.
Hipertensi
pada penyakit ginjal
Penyakit
ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya hipertensi dalam jangka
waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Hipertensi pada penyakit ginjal dapat terjadi pada penyakit
ginjal akut maupun penyakit ginjal kronik, baik pada kelainan glumerolus maupun
pada kelainan vaskular. Hipertensi pada penyakit ginjal dapat dikelompokkan
dalam :
1. Penyakit glumerolus akut
Hipertensi terjadi karena adanya
retensi natrium yang menyebabkan hipervolemik. Retensi natrium terjadi karena
adanya peningkatan reabsorbsi natrium di duktus koligentes. Peningkatan ini
dimungkankan abibat adanya retensi relatif terhadap Hormon Natriuretik Peptida
dan peningkatan aktivitas pompa Na – K – ATPase di duktus koligentes.
2. Penyakit vaskuler
Pada keadaan ini terjadi iskemi yang
kemudian merangsang sistem renin angiotensin aldosteron.
3. Gagal ginjal kronik
Hipertensi yang terjadi karena
adanya retensi natrium, peningkatan sistem Renin Angiotensinogen Aldosteron
akibat iskemi relatif karena kerusakan regional, aktifitas saraf simpatik yang
meningkat akibat kerusakan ginjal, hiperparatiroidis sekunder, dan pemberian
eritropoetin.
4. Penyakit glumerolus kronik
SistemRenin- Angiotensinogen-
Aldoteron (RAA) merupakan satu sistem hormonal enzimatik yang bersifat
multikompleks dan berperan dalm naiknya tekanan darah, pangaturan keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit.
b.
Hipertensi pada penyakit
renovaskular
Hipertensi
renovaskular merupakan penyebab tersering dari hipertensi sekunder. Diagnosa
hipertensi renovaskular penting karena kelainan ini potensial untuk disembuhkan
dengan menghilangkan penyebabnya yaitu stenosis arteri renalis. Stenosis arteri
renalis adalah suatu keadaan terdapatnya lesi obstruktif secara anatomik pada
arteri renalis. Sedangkan hipertensi renovaskular adalah hipertensi yang
terjadi akibat fisiologis adanya stenosis arteri renalis.
Istilah
nefropati iskemik menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan fungsi
ginjal akibat adanya stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan fungsi
ginjal, kelainan ini akan menetap walaupun tekanan darahnya dapat dikendalikan
dengan pengobatan yang meliputi medikamentosa antihipertensi, revaskularisasi
dengan tindakan bedah ataupun angioplasti.
c.
Hipertensi
pada kelainan endokrin
Salah
satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan endokrin adalah aldosteronisme
primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer adalah sindrom yang disebabkan
oleh hipersekresi aldesteron yang tidak terkendali yang umumnya berasal dari
kelenjar korteks adrenal. Hiperaldosteronisme primer secara klinis dikenal
dengan triad terdiri dari hipertensi, hipokalemi, dan alkalosis metabolik.
Sindrom ini disebabkan oleh hiperplasi kelenjar korteks adrenal, adenoma atau
karsinoma adrenal.
d.
Sindrom
Cushing
Sindrom
cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan oleh
adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin Hormone (ACTH ).
e.
Hipertensi
adrenal kongenital
Hipertensi
adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi pada anak (jarang
terjadi).
f.
Feokromositoma
Feokromositoma
adalah salah satu hipertensi endokrin yang patut dicurigai apabila terdapat
riwayat dalam keluarga. Tanda – tanda yang mencurigai adanya feokromositoma
yaitu hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis, dan
hiperglikemia.
Feokromositomia
disebabkan oleh tumor sel kromatin asal neural yang mensekresikan katekolamin.
Sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal, dan hanya 10% terjadi di tempat
lain dalam rantai simpatis. 10% dari tumor ini ganas dan 10% adenoma adrenal
adalah bilateral. Feokromositomia dicurigai jika tekanan darah berfluktuasi
tinggi, disertai takikardi, berkeringat atau edema paru karena gagal jantung.
g.
Koarktasi
aorta
Koarktasi aorta paling sering
mempengaruhi aorta pada distal dari arteri subklavia kiri dan menimbulkan
hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki, dengan denyut nadi
arteri femoralis lemah atau tidak ada. Hipertensi ini dapat menetap bahkan
setelah reseksi bedah yang berhasil, terutama jika hipertensi terjadi lama
sebelum operasi.
h.
Hipertensi
pada kehamilan
Hipertensi
pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas
maternal, janin dan neonatus. Kedaruratan hipertensi dapat menjadi komplikasi
dari preeklampsia sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik. Perempuan
hamil dengan hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya
komplikasi yang berat seperti abruptio plasenta, penyakit serebrovaskuler,
gagal organ, koagulasi intravaskular. Penelitian observasi pasien hipertensi
kronik yang ringan didapatkan risiko kehamilan preaklampsia 10–25%, abruptio
0,7–1,5%, kehamilan prematur kurang dari 37 minggu 12–34%, dan hambatan
pertumbuhan janin 8–16%. Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang berat
pada trimester pertama dengan didapatnya preaklampsia sampai 50%.
Terhadap janin, mengakibatkan risiko retardasi perkembangan
intrauterin, prematuritas dan kematian intrauterin.
Selain itu risiko hipertensi seperti gagal jantung,
ensepalopati, retinopati, perdarahan serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi. Sampai sekarang yang belum jelas apakah tekanan
darah yang terkontrol secara agresif dapat menurunkan terjadinya
eklampsia.
i.
Hipertensi
akibat dari penggunaan obat – obatan.
Penggunaan
obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil kontrasepsi oral
(OCP) dimana 5% perempuan mengalami hipertensi sejak mulai penggunaan.
Perempuan usia lebih tua (>35tahun) lebih mudah terkena, begitupula dengan
perempuan yang pernah mengalami hipertensi selama kehamilan. Pada 50 % tekanan
darah akan kembali normal dalam 3–6 sesudah penghentian pil. Penggunaan
estrogen pascamenopause bersifat kardioproteksi dan tidak meningkatkan tekanan
darah. Obat lain yang terkait dengan hipertensi termasuk siklosporin,
eritopoietin, dan kokain.
Ø Menurut
Gangguan Tekanan Darah
a. Hipertensi
Diastolik
(diastolic hypertension)
Yaitu peningkatan
tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya bentuk
hipertensi ini ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
b. Hipertensi
Sistolik (isolated systolic hypertension)
Yaitu peningkatan
tekanan sistolik tanpa diikutu peningkatan tekanan diastolik. Umumnya bentuk
hipertensi ini ditemukan pada usi lanjut.
c. Hipertensi
Campuran (sistol dan diastole yang meninggi)
Yaitu peningkatan tekanan darah pada
sistol dan distol.
Ø Menurut
berat atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi
ringan yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah sistolik berada
diantara 140-159mmHg dan tekanan darah diastolic berada diantara 90-99mmHg.
b. Hipertesi
sedang yaitu jika pada pengukuran
tekanan darah, tekanan darah sistolik berada diantara 160-179mmHg dan tekanan
darah diastolic berada diantara
100-109mmHg.
c. Hipertensi
berat yaitu jika pada pengukuran tekanan darah, tekanan darah sistolik
>180mmHg dan tekanan darah diastolic ≥110mmHg.
C.GEJALA HIPERTENSI
Hipertensi
diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan bahkan
dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal, yaitu:
ü Hipertensi
sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
ü Penderita
hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pada
sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal.
Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1)
Sakit
kepala
2) Kelelahan
3) Mual
4) Muntah
5) Sesak nafas
6) Gelisah
7) Pandangan menjadi kabur yang terjadi
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
8) Sering buang air kecil terutama di
malam hari
9) Telinga berdenging
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera
D.FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
Hipertensi
disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta
faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
A. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik
Adanya faktor genetik
pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko
menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai resiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Pada
70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam
terjadinya Hipertensi.
2. Umur
Insidensi hipertensi meningkat
seiring dengan pertambahan usia. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60%
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
3. Jenis Kelamin
Laki-laki
mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki
juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi
pada perempuan.
4. Etnis
Hipertensi
lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.
Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan
kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
5. Penyakit Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui beberapa cara:
a. Jika tekanan darah meningkat, ginjal
akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya
volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
b. Jika tekanan darah menurun, ginjal
akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan
tekanan darah kembali ke normal.
c. Ginjal juga bisa meningkatkan
tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam
mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda
ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan
arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal
juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
6. Obat-obataan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid, Siklosporin,
Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar), termasuk beberapa obat antiradang
(anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan
darah seseorang. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu
faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
7. Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan
darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai
akibat dari gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh darah secara umum
yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat kurangnya
pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
8. Keracunan timbal akut
Timbal bisa menyebabkan lesi
tubulus proksimalis, lengkung henle, serta menyebabkan aminosiduria, sehingga
timbul kelainan pada ginjal (Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua
ginjal) bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
B.
Faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan
1. Stress
Stres
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga
akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal. Mekanisme hubungan antara stress
dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas
saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota.
2. Obesitas
Penelitian epidemiologi
menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah baik
pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada
peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah
sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan
jumlah lemak pada bagian perut.
3. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari
hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran
berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam tinggi yang dapat
menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi adalah lebih dari 14
gram per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih
dari dua sendok makan.
4. Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa
merokok menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi.
Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya
melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler
secara umum di Indonesia.
5.
Kurang
olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga)
bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.
E.MEKANISME
HIPERTENSI
Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron
dari korteks adrenal.
Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
F.PENCEGAHAN HIPERTENSI
Hipertensi dapat dicegah dengan
pengaturan pola makan yang baik seperti konsumsi makanan kaya serat, kurangi
konsumsi garam dan
pola diet rendah lemak jenuh, total lemak dan kolesterol serta aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol yang diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti. Disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih disebabkan oleh budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam.
pola diet rendah lemak jenuh, total lemak dan kolesterol serta aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol yang diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti. Disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih disebabkan oleh budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam.
Indra
perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang
tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang
agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa
mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
Sumber
natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari penyedap masakan
(MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang sangat
mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan penyedia
jasa katering selalu menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia sudah begitu
bebasnya, sehingga penjual bakso, bubur ayam, soto, dan lain-lain, dengan
seenaknya menambahkannya ke dalam mangkok tanpa takaran yang jelas.
Beberapa bentuk
pencegahan penyakit hipertensi antara lain :
a. Pencegahan
primordial
b.
Promosi kesehatan
c.
Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu faktor
risiko
d.
Diagnosis dini : screening, pemeriksaan/check-up
e.
Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan
komperhensif dan kausal awal keluhan
f.
Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi
yang tidak bisa diobati
PENUTUP
ü KESIMPULAN
·
Definisi
Hipertensi :
Hipertensi adalah suatu kondisi
dimana tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmhg atau lebih atau
tekanan diastoliknya 90 mmhg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
·
Faktor Resiko Hipertensi
a. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi, seperti :
1. Genetik
2. Umur
3. Jenis
Kelamin
4. Etnis
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obataan
7. Preeklampsi pada kehamilan
8. Keracunan timbal akut
b. Faktor
yang dapoat dimodisikasi atau dikendalikan
1) Stress
2) Obesitas
3) Nutrisi
4) Merokok
5) Kurang
Olahraga
·
Jenis-jenis Hipertensi
1) Menurut
Kausanya
a. Hipertensi
Primer
b. Hipertensi
Sekunder
a) Hipertensi
pada ginjal
b) Hipertensi
pada penyakit renovaskular
c) Hipertensi
pada kelainan endokrin
d) Sindrom
cushing
e) Hipertensi
adrenal konginetal
f)
Koarktasi aorta
g) Feokromositoma
h) Hipertensi
pada kehamilan
i)
Hipertensi penggunaan obat-obatan
2) Menurut
gangguan tekanan darah
a. Hipertensi Diastolik
b. Hipertensi Sistolik
c. Hipertensi Campuran
·
Mekanisme Terjadinya Penyakit Hipertensi
Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Selanjutnya oleh
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh
ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi
aldosteron dari korteks adrenal.
·
Cara Pencegahan Penyakit Hipertensi
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan
yang baik, serta aktivitas fisik yang cukup seperti olahraga secara teratur.
Selain itu dengan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi
alkohol, serta konsumsi natrium/sodium yang berlebih seperti garam dapur yang
berlebihan, penyedap rasa (MSG). Selain itu, dengan melakukan diagnosis dini
sebagai cara pencegahan.
ü SARAN
Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi,
hendaknya seseorang menerapkan pola hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola
makan, mencakup menghindari makanan yang berisiko meningkatkan tekanan darah,
hindari pemicu stress (stressor), serta asupan nutrisi yang seimbang. Selain
itu aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, agar tidak terjadi
obesitas. Hindari kebiasaan yang berakibat buruk seperti merokok serta konsumsi
alkohol. Dalam pencegahan hipertensi pada usia dewasa, hendaknya pencegahan
dimulai sejak dini. Di sinilah perlu peranan aktif orang tua dalam mengontrol
pola konsumsi anaknya masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym. Tanpa tahun. Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi). www.w3.org
Armilawaty,
dkk..2007. Hipertensi dan Faktor Resiko
dalam Kajian Epidemiologi. Makassar : FKM Unhas.
Bustan,
M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular.
Jakarta : Rineka Cipta
Dedy.
2010. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi).
Sidenreng.com
Sitorus, Sampe. 2009. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Wordpress.com
Surya, Andari. Tanpa tahun. Makalah Hipertensi. www.scribd.com
Tohaga, Edwin. Tanpa tahun. Hipertensi, Gejala dan Komplikasi. Wordpress.com
http://id.wikipedia.org/