BAB I
GAGAL JANTUNG
A.
PENGERTIAN
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk
metabolisme jaringan tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih
cukup tinggi.
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Suatu
keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri (Braundwal)
Gagal jantung adalah keadaan patifisiologik di mana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama, definisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolisme tubuh, dan kedua, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Gagal jantung adalah keadaan patifisiologik di mana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama, definisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolisme tubuh, dan kedua, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Gagal
jantung merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang banyak dijumpai dan
menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas utama baik di negara maju maupun di
negara sedang berkembang.
Kelainan
primer pada gagal jantung adalah berkurang atau hilangnya sebagian fungsi
miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung.
Ada beberapa
definsi gagak jantung, namun tidak ada satupun yang benar-benar memuaskan semua
pakar atau klinisi yang menangani masalah gagal jantung. Gagal jantung adalah
suatu keadaan ketik jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup
bagi kebtuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal. Namun,
definisi-definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit
yang tebatas pada satu system organ, malainkan suatu sindrom klinis akibat
kelainan jantung yang di tandai dengan respon hemodinamik, renal, neural dan
hormonal, serta suatu keadaan patologis
dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya data memenuhinya dengan
meningkatkan yekanan pengisian.
Gagal jantung di kenal dengan beberapa istilah, yaitu:
1.
Gagal jantung kiri: terdapat bendungan paru,hipotensi, dan vasokontriksi
perifer dengan penurunan perfusi jaringan.
2.
Gagal jantung kanan: di tanadai dengan adanya edema perifer, asites, dan
peningkatan vena jagularis.
3.
Gagal jantung kongestif: adalah gabungan kedua gambaran tersebut
B. DERAJAT
GAGAL JANTUNG
Gagal
jantung biasanya digolongkan menurut derajat atau beratnya gejala seperti
klasifikasi menurut New York Heart Assosiation
(NYHA). Klasifikasi tersebut digunakan secara luas di dunia internasional untuk
mengelompokkan gagal jantung. Gagal jantung ringan, sedang, dan berat
ditentukan berdasarkan beratnya gejala, khusnya sesak nafas (dispnea). Meskipun klasifikasi ini
beguna untuk menentukan tingkat kemampuan fisik dan beratnya gejala, namun
pembagian tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan lain.
Klasifikasi gagal jantung menurut NYHA :
KELAS
|
DEINISI
|
ISTILAH
|
I
|
Klien
dengan keainan jantung tapi tanpa pembatasan aktifitas fisik
|
Disfungsi
ventrikel kiri yang asimtomatik
|
II
|
Klien
dengan kelainan jantung yang menyebabkan sedikit pembatasan aktifitas fisik
|
Gagal
jantung ringan
|
III
|
Klien
dengan kelaianan jantung yang menyebabakan banyak pembatasan aktifitas fisik
|
Gagal
jantung sedang
|
IV
|
Klien
dengan kelaianan jantung yang segla bentuk ktifitas fisiknya akan menyebabkan
keluhan
|
Gagal
jantung berat
|
C. ETIOLOGI
Gagal
jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1.
Kelainan otot jantung
Gagal
jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpuikan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitaas menurun.
3.
Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium
degeneratif,
berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5.
Penyakit jantung lain
Gagal
jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
ssecara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis
katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif
konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism (misal : demam, tirotoksikosis ),
hipoksia dan anemia peperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita
elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Grade
gagal jantung menurut New york Heart
Associaion Terbagi menjadi 4 kelainan fungsional
I. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik
berat
II. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik
sedang
III.
Timbul gejala sesak pada aktifitas ringan
IV.
Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan/ istirahat
Terjadinya gagal jantung dapat
disebabkan :
1. Disfungsi
miokard (kegagalan miokardial) Ketidakmampuan
miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan isi sekuncup ( stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) menurun.
2. Beban tekanan
berlebihan-pembebanan sistolik (systolic
overload) Beban sistolik yangb berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload) menyebabkan hambatan
pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi
sekuncup.
3. Beban volum
berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload) Preload yang berlebihan dan
melampaui kapasitas ventrikel (diastolic
overload) akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam
ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan
meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus
bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru akan
menurun kembali.
4. Peningkatan
kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand overload) Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi
kemampuan daya kerja jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan
terjadi keadaan gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi
tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
5. Gangguan
pengisian (hambatan input). Hambatan
pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel atau
pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan pengeluaran atau output
ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
D.
GEJALA GAGAL JANTUNG
ü Gagal
Jantung Kiri
Gagal jantung
kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan
darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat
tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volum akhir diastolic dalam
ventrikel kiri meningkat.
GEJALA :
• Perasaan badan
lemah
• Cepatl lelah
• Berdebar-debar
• Sesak nafas
• Batuk
Anoreksia
• Keringat
dingin.
• Takhikardia
• Dispnea
• Paroxysmal
nocturnal dyspnea
• Ronki basah
paru dibagian basal
• Bunyi jantung
III
ü GAGAL
JANTUNG KANAN
Gagal jantung
kanan karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga
isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh adanya gagal jantung
kiri.
GEJALA :
• Edema tumit
dan tungkai bawah
• Hati membesar,
lunak dan nyeri tekan
• Bendungan pada
vena perifer (jugularis)
• Gangguan
gastrointestinal (perut kembung,
anoreksia dan nausea) dan asites.
• Berat badan
bertambah
• Penambahan
cairan badan
• Kaki bengkak (edema tungkai)
• Perut
membuncit
• Perasaan tidak
enak pada epigastrium.
• Edema kaki
• Asites
• Vena jugularis
yang terbendung
• Hepatomegali
ü GAGAL
JANTUNG KONGESTIF
Bila gangguan
jantung kiri dan jantung kanan terjadi bersamaan. Dalam keadaan gagal jantung
kongestif, curah jantung menurun sedemikian rupa sehingga terjadi bendungan
sistemik bersama dengan bendungan paru.
GEJALA :
-. Kumpulan gejala gagal jantung kiri dan kanan.
Gagal
jantung kongestif pada
bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan yang sangat sering dijumpai oleh
petugas kesehatan dimanapun berada. Keluhan dan gejala sangat bervariasi
sehingga sering sulit dibedakan dengan akibat penyakit lain di luar jantung.
Gagal jantung yang merupakan ketidakmampuan jantung
mempertahankan curah jantung (cardiac output=CO) dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Penurunan CO mengakibatkan volume darah yang efektif
berkurang.
Untuk
mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat, maka di dalam tubuh terjadi suatu
refleks homeostasis atau mekanisme kompensasi melalui perubahan-perubahan
neurohumoral, dilatasi ventrikel dan mekanisme Frank-Starling.
Dengan demikian manifestasi klinik gagal jantung terdiri dari berbagai respon hemodinamik,
renal, neural dan hormonal yang tidak normal. Salah satu respon hemodinamik
yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari
jantung atau preload.
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal
jantung, yaitu :
1. Gangguan
mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi
secara tunggal atau bersamaan yaitu :
· Beban tekanan
· Beban volume
· Tamponade jantung atau konstriski
perikard, jantung tidak dapat diastole
· Obstruksi pengisian ventrikel
· Aneurisma ventrikel
· Disinergi ventrikel
· Restriksi endokardial atu miokardial
2. Abnormalitas otot jantung
· Primer : kardiomiopati, miokarditis
metabolik (DM, gagal ginjal kronik, anemia toksin
atau sitostatika.
· Sekunder: Iskemia, penyakit
sistemik, penyakit infiltratif, korpulmonal
3. Gangguan irama jantung atau
gangguan konduksi
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal
jantung, yaitu :
1. Gangguan
mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi
secara tunggal atau bersamaan yaitu :
· Beban tekanan
· Beban volume
· Tamponade jantung atau konstriski perikard, jantung tidak
dapat diastole
· Obstruksi pengisian ventrikel
· Aneurisma ventrikel
· Disinergi ventrikel
· Restriksi endokardial atu miokardial
2.
Abnormalitas otot jantung
· Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal
ginjal kronik, anemia) toksin atau sitostatika.
· Sekunder: Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif,
korpulmonal
3. Gangguan
irama jantung atau gangguan konduksi
E.
PATOFISIOLOGI
Gagal
jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem tubuh
melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai
dengan dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata
serta suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung.
Respon
terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk
meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh darah perifer
dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan aktivasi dari
mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh
ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.
Kemampuan
jantung untuk memompa darah guna memenuhi kebutuhan tubuh ditentukan oleh curah
jantung yang dipengaruhi oleh empar faktor yaitu: preload; yang setara dengan
isi diastolik akhir, afterload; yaitu jumlah tahanan total yang harus melawan
ejeksi ventrikel, kontraktilitas miokardium; yaitu kemampuan intrinsik otot
jantung untuk menghasilkan tenaga dan berkontraksi tanpa tergantung kepada
preload maupun afterload serta frekuensi denyut jantung.
Dalam
hubungan ini, penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa (pump function) dengan kontraktilias
otot jantung (myocardial function). Pada beberapa keadaan
ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa
terdapat depresi pada otot jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula
terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis
tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang ringan.
Pada
awal gagal jantung, akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan
aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta
pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan kontraktilitas
ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang selanjutnya terjadi
penurunan tekanan darah dan penurunan volume darah arteri yang
efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral.
Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara waktu
akan meningkatkan tekanan darah sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan
kontraktilitas jantung melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini
tidak segera teratasi, peninggian afterload, peninggian preload dan hipertrofi/
dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal
jantung yang tidak terkompensasi.
Mekanisme
yang menasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung,
yang menyebabkan curah jantng lebih rendah dari curah jantng normal. Konsep
curag jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO=HR X SV dimana curah
jantung (CO:Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) X
volume sekuncup (SF:Stroke Volume).
Frekuensi
jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, system
saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk memperthankan curah
jantung bila mekanisme kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri ntuk
mempertahan curah janung. Tapi pada gagal jantung dengan masalah utama
kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan
curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada
setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor; preload; kontraktilitas dan
efterload.
ü Preload
adalah sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah
darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimblukan
oleh panjangnya regangan serabut jantung.
ü Kontraktilitas
mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
ü Afterload
mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan oleh tekanan arteriole.
F.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dominan :
Meningkatnya
volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena
meningkat akibat penurunan curah jantungManifestasi kongesti dapat berbeda
tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel
kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang
terjadi yaitu :
1. Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas.Dapat terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami
ortopnu pda malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
2. Batuk
3. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang
kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolismeJuga terjadi karena meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress
pernafasan dan batuk.
4.
Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik.
Gagal jantung kanan
1.
Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2.
Edema ekstrimitas bawah (edema
dependen)
Biasanya edema pitting, penambahan
berat badan,
3.
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
Terjadi akibat pembesaran vena di
hepar.
4.
Anorexia dan mual
Terjadi akibat pembesaran vena dan
statis vena dalam rongga abdomen.
5.
Nokturia
6.
Kelemahan.
Manifestasi klinis gagal jantung
bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya gagal jantung, etiologi
penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua ventrikel
mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.
Pada bayi, gejala Gagal jantung biasanya
berpusat pada keluhan orang tuanya bahwa bayinya tidak kuat minum, lekas lelah,
bernapas cepat, banyak berkeringat dan berat badannya sulit naik. Pasien defek
septum ventrikel atau duktus arteriosus persisten yang besar seringkali tidak
menunjukkan gejala pada hari-hari pertama, karena pirau yang terjadi masih
minimal akibat tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang masih tinggi
setelah beberapa minggu (2-12 minggu), biasanya pada bulan kedua atau ketiga,
gejala gagal jantung baru nyata.
Anak yang
lebih besar dapat mengeluh lekas lelah dan tampak kurang aktif, toleransi
berkurang, batuk, mengi, sesak napas dari yang ringan (setelah aktivitas fisis
tertentu), sampai sangat berat (sesak napas pada waktu istirahat).
Pasien
dengan kelainan jantung yang dalam kompensasi karea pemberian obat gagal
jantung, dapat menunjukkan gejala akut gagal jantung bila dihadapkan kepada
stress, misalnya penyakit infeksi akut.
Pada gagal
jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri yang terjadi karena adanya
gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri, biasanya ditemukan keluhan berupa
perasaan badan lemah, berdebar-debar, sesak, batuk, anoreksia, keringat dingin.
Tanda
obyektif yang tampak berupa takikardi, dispnea, ronki basah paru di bagian
basal, bunyi jantung III, pulsus alternan. Pada gagal jantung kanan yang dapat
terjadi karena gangguan atau hambatan daya pompa ventrikel kanan sehingga isi
sekuncup ventrikel kanan menurun, tanpa didahului oleh adanya Gagal jantung
kiri, biasanya gejala yang ditemukan berupa edema tumit dan tungkai bawah,
hepatomegali, lunak dan nyeri tekan; bendungan pada vena perifer (vena
jugularis), gangguan gastrointestinal dan asites. Keluhan yang timbul berat
badan bertambah akibat penambahan cairan badan, kaki bengkak, perut membuncit,
perasaan tidak enak di epigastrium.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu
ditemukan :
v Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal
dyspnea.
v Gejala sistemik berupa lemah, cepat
lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites, hepatomegali, dan edema perifer.
v Gejala susunan saraf pusat berupa
insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai delirium.
Pada kasus
akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi : dyspnea,
orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-kadang
hemoptisis, ditambah gejala low output seperti : takikardi, hipotensi dan
oliguri beserta gejala-gejala penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti
keluhan angina pectoris pada infark miokard akut. Apabila telah terjadi
gangguan fungsi ventrikel yang berat, maka dapat ditemukn pulsus alternan. Pada
keadaan yang sangat berat dapat terjadi syok kardiogenik.
Bayi dan
anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami gangguan
pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan. Tanda yang
penting adalah takikardi (150x/mnt atau
lebih saat istirahat), serta takipne (50x/mnt
atau lebih saat istirahat). Pada prekordium dapat teraba aktivitas jantung
yang meningkat.
Bising
jantung sering ditemukan pada auskultasi, yang
tergantung dari kelainan struktural yang ada. Terdapatnya irama derap merupakan
penemuan yang berarti, khususnya pada neonatus dan bayi kecil. Ronki juga
sering ditemukan pada gagal jantung. Bendungan vena sistemik ditandai oleh
peninggian tekanan vena jugular, serta refluks hepatojugular.
Kedua tanda
ini sulit diperiksa pada neonatus dan bayi kecil, tampak sianosis perifer
akibat penurunan perfusi di kulit dan peningkatan ekstraksi oksigen jaringan
ekstremitas teraba dingin, pulsasi perifer melemah, tekanan darah sistemik
menurun disertai penurunan capillary refill dan gelisah. Pulsus paradoksus (pirau kiri ke kanan yang besar), pulsus
alternans (penurunan fungsi ventrikel
stadium lanjut). Bising jantung menyokong diagnosis tetapi tidak adanya
bising jantung tidak dapat menyingkirkan bahwa bukan gagal jantung.
G.
PENCEGAHAN
Seperti
kebanyakan komplikasi,edema paru lebih mudah cegah daripada diobati, untuk
mengenal tanda dan gejala pada stadium ini, ketika tanda dan gejala yang mucul
hanya kongesti paru, maka perawat dapat melakukan auskultasi lapangan paru
setiap hari pada penderita yang dirawat dirumah sakit karena penyakit jantung
tiap hari atau sesuai dengan kondisi pasien. Batuk kering dan adanya bunyi
jantung ketiga (S3) biasanya indicator paling awal
kongesti paru. Bnyi jantung ketiga paling jelas tedengar pada apeks pada pasien
berbaring dengan posisi lateral dekubitus kiri.
Paa tahap
awal, kondisi ini dapt dikoreksi dengan penatalaksanaan yang relatip mudah ,
yang mencakup (1) memaingkanpasien dengan posisi tegak dengan kaki dan tangan
menggantung, (2) mengurangi latihan yang begitu keras dan stress emosional
untuk mengurangi beban ventrikel kiri, dan (3) memberikan morfin untuk
mengurangi kecemasan, dispnu dan preload.
Pencegahan
edema paru jangka panjang harus ditunjukkan pada pencetisnya, yaitu kongesti
paru. Tindakan untuk mencegah gagal jantung kongesif, dan berbagai segi
penyuluhan pasien akan didiskusikan pada bagian berikutnya.
Selain tindakan encegahan, pasien dianjurkan
untuk tidur dengan kepala dinaikkan setinggi 25 cm (10 inchi). Penting pula untuk
berhati-hati pada saat memasang infuse dan tranfusi ke jantung pasien dan
lansia.
Untuk
mencegah overload sirkulasi, yang
dapat mencetuskan edema paru, maka pemberian infuse intravena harur diberikan
perlahan, dengan pasien dibaringkan tegak di tempat tidur dan di bawah
pengawasan ketat seorang perawat.
Pengatur infuse intravena harus digunakan untuk
mebatasi kecepatan dan volume yang diberikan.
Tindakan pembedahan mungkin
diperlukan untuk menghilangkan atau memperkecil defek katup yang membatasi
aliran darah kea tau dari ventrikel kiri, karena defek seperti itu akan
menurunkan curah jantung dan dapat menyebabkan pasien mengalami kongesti dan
edema paru.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth.2002.Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC.
Muttaqin, Arif.2009.Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
Hematologi.Jakarta:Salemba Medika.
Muttaqin, Arif.2010.Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Pratik Klianik.Jakarta:Salemba
Medika.
Moyet Carpenito,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.Jakarta.EGC
Udjianti Juni, Wajan.2010.Keperawatan Kardiovaskular.Jakarta:Salemba Medika.
www.astaqauliyah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar