BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada
seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat.
Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen.
Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa menit, jam dan seterusnya.
Dari kepustakaan yang ada, saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan
secara tepat karena tanda - tanda dan gejala setelah kematian sangat
bervariasi. Hal ini karena tanda atau gejala yang ditunjukan sangat dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya, umur, kondisi fisik pasien, penyakit sebelumnya,
keadaan lingkungan mayat, sebelumnya makanan maupun penyebab kematian itu
sendiri. Dalam era ini dibutuhkan penentuan saat kematian secara tepat.
Selain itu salah satu penyebab asfiksia adalah persalinan dengan bedah
caesar sangat tinggi risikonya terhadap bayi baru lahir yaitu kematian bayi,
risiko gangguan pernafasan bayi, risiko trauma bayi dan risiko gangguan otak.
Risiko yang dialami bayi baru lahir terkait persalinan dengan caesar adalah 3,5
kali lebih besar dibandingkan dengan persalinan normal ( Dr. Andon Hestiantoro
SpOG ( K ) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM
Menurut Anne Hansen dari Aarhus University Hospital, Denmark, mengatakan
bahwa bayi yang lahir dengan seksio sesarea memiliki risiko lebih tinggi pada
sistem pernafasan kemungkinan berkaitan dengan perubahan fisiologi akibat
proses kelahiran. Proses kelahiran dengan seksio sesarea memicu pengeluaran
hormon stres pada ibu yang diperkirakan menjadi kunci pematangan paru-paru bayi
yang terisi air sehingga bayi lahir mengalami asfiksia. Asfiksia sendiri adalah
kegagalan bayi untuk bernafas dan mempertahankannya. Selain dapat menimbulkan
kematian, jika terlambat ditangani asfiksia bisa mengakibatkan cacat seumur
hidup seperti buta, tuli, dan cacat
otak.
Menurut dr. Wayan Retayasa, SpA (K) dari RS Wangaya Bali,Angka Kematian
Bayi akibat asfiksia di tingkat nasional berkisar 3 % dari 100 juta bayi yang
lahir di negara berkembang sehingga perlu penanganan yang benar agar tidak
menimbulkan kecacatan bayi dan gangguan pada tumbuh kembangnya di kemudian
hari. Sementara sekitar 900.000 bayi di Indonesia lahir dengan asfiksia dan
merupakan penyebab nomor dua kematian bayi.
Gambaran singkat mengenai AKB, dimana AKB terdapat 32 kasus yaitu 16
kasus dikarenakan asfiksia, 1 kasus karena tetanus neonatorum, 2 kasus infeksi
dan 13 kasus sisanya karena berbagai macam faktor. Menurut Helen Varney 2007,
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya adalah dari faktor persalinan dengan tindakan yaitu persalinan
dengan seksio sesarea. Hansen dan koleganya mempublikasikan British Medical
Journal Online 11 desember 2007, yang meneliti lebih dari 34.000 kelahiran di
Denmark. Mereka menemukan hampir 4 kali peningkatan risiko kesulitan bernafas
pada bayi-bayi yang dilahirkan secara seksio sesarea. Sedangkan menurut Helen
Varney 2007, neonatus yang dilahirkan dengan seksio sesarea, terutama jika
tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaat dari pengeluaran cairan
paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami gangguan pernafasan yang
lebih persistan.
Kompresi toraks janin pada persalinan kala II mendorong cairan untuk
keluar dari saluran pernafasan. Sander 1978 menemukan bahwa tekanan yang agak
besar seiring dengan ditimbulkan oleh kompresi dada pada kelahiran pervaginam
dan di perkirakan bahwa cairan paru-paru yang didorong setara dengan seperempat
kapasitas residual fungsional. Jadi, pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea
mengandung cairan lebih banyak dan udara lebih sedikit di dalam parunya selama
6 jam pertama setelah lahir ( Milner dkk, 1978 ). Kompresi toraks yang
menyertai kelahiran pervagainam dan ekspansi yang mengikuti kelahiran, mungkin
merupakan suatu faktor penyokong pada inisiasi respirasi ( Obstetri Williams
edisi 21, 2005 ).
Dari studi pendahuluan Di Rumah Sakit pada tahun 2005 terdapat 741 bayi yang dilahirkan dengan persalinan seksio sesarea. Dari persalinan seksio sesarea terdapat 39 bayi yang mengalami asfiksia. Sedangkan periode bulan Agustus sampai September 2009 terdapat 184 kelahiran, dimana kelahiran seksio sesarea sebanyak 130 kelahiran dan 52 kelahiran normal sedangkan sisanya kelahiran dengan tindakan vacum. Dari 130 kelahiran dengan cara seksio sesarea terdapat 8 bayi yang mengalami gangguan pernafasan sedangkan pada 52 kelahiran normal terdapat 2 bayi yang mengalami gangguan sistem pernafasan.
Dari studi pendahuluan Di Rumah Sakit pada tahun 2005 terdapat 741 bayi yang dilahirkan dengan persalinan seksio sesarea. Dari persalinan seksio sesarea terdapat 39 bayi yang mengalami asfiksia. Sedangkan periode bulan Agustus sampai September 2009 terdapat 184 kelahiran, dimana kelahiran seksio sesarea sebanyak 130 kelahiran dan 52 kelahiran normal sedangkan sisanya kelahiran dengan tindakan vacum. Dari 130 kelahiran dengan cara seksio sesarea terdapat 8 bayi yang mengalami gangguan pernafasan sedangkan pada 52 kelahiran normal terdapat 2 bayi yang mengalami gangguan sistem pernafasan.
B. Rumusan
masalah
Bila dilihat dari angka kejadian diatas, asfiksia pada bayi baru lahir
masih cukup tinggi, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang
asfiksia.
C. Tujuan
Di harapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pasda bayi
asfiksia.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. (Noname:
Online)
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia
janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang
timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir.
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang
mungkin timbul. (Prawirohardjo: 1991).
- Etiologi
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan
perlukaran gas atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat
timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir
sehagian hes;ir asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin,
karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran
penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa
gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Faktor
Ibu
a. Hipoksia ibu
a. Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
1) Ganguan
kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat
penyakit atau obat.
2) Hipotensi
mendadak pada ibu karena perdarahan.
3) Hipertensi
pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor
plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor
fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan
lain-lain.
4. Faktor
Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
a. Pemakaian
obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
b. Trauma
yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan
konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
C. Patofisiologi
|
|
|
suplai
O2 suplai O2
perubahan
asam
|
|
Kematian
bayi
|
Janin tdk bereaksi
|
Terhadap rangsangan
D. Manifestasi
klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan
tanda:
1. DJJ
lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
2. Mekonium
dalam air ketuban pada janin letak kepala
3. Apnea
4. Pucat
5. Sianosis
6. penurunan
terhadap stimulus.
E. Insiden
asfiksia
Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh
dokter. Umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu - lintas dan trauma
mekanik.
- Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema
otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun
akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
2. Anuria
atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang
disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih
banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal
yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada
otak.Meliputi berbagai organ yaitu:
a. Otak
: Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.
b. Jantung
dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema
paru.
c. Gastrointestinal:
enterokolitis, nekrotikans.
d. Ginjal:
tubular nekrosis akut.
e. Hematologi
G. Pemeriksaan
diagnostic
1. Analisa
gas darah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar