ABORTUS
Definisi
Abortus adalah
keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai
usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones,
2002).
Terdapat
beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu
abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena
kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi
sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja
sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi
medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya
pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat masih
merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu,
pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang
dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca
pokok bahasan ini.
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi
pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena
villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14
minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak
dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14
minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam
bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Peran perawat
dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk
klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang
dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.
Klasifikasi
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Yaitu:
- Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
- Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
- Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
- Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
- Abortus servicalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding menipis.
- Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
- Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari 3 kali.
- Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai dengan penyebaran kuman atau toksinke dalam peredaran darah atau peritonium.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu:
- Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Etiologi
Abortus dapat
terjadi karena beberapa sebab yaitu :
· Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan
sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh
teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
· Kelainan
pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
· Faktor
maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
· Kelainan
traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab dari
segi Maternal
Penyebab secara
umum:
- Infeksi kronis
Sifilis, biasanya
menyebabkan abortus pada trimester kedua.
Tuberkulosis paru aktif.
Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
Penyakit kronis,
misalnya :
Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
Trauma fisik.
- Penyebab yang bersifat lokal:
Hubungan
seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
Penyebab dari segi Janin
- Kematian janin akibat kelainan bawaan.
- Mola hidatidosa.
- Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
Patofisiologi
Pada awal
abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi
hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Manifestasi
Klinis
· Terlambat
haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
· Pada
pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
· Perdarahan
pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
· Rasa
mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
Pemeriksaan ginekologi :
· Inspeksi
Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
· Inspekulo
: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
· Colok
vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
Komplikasi
· Perdarahan,
perforasi, syok dan infeksi
· Pada
missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
Pemeriksaan
Penunjang
· Tes
Kehamilan
· Positif
bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
· Pemeriksaaan
Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
· Pemeriksaan
kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Diagnosa
Banding
Kehamilan etopik
terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion
imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit,
berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.
Penatalaksanaan
Abortus dapat
dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
· Abortus
spontaneus
Yaitu abortus
yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis,
tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
· Abortus
Imminens
Abortus Imminens
adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam
pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah
perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram
perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis,
nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan
di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi
vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum,
dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai
kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga
digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus
harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan
apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat
didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen
atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini.
Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka
dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan
abortus imminens meliputi :
- Istirahat
baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik.
- Terapi
hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
- Pemeriksaan
ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih hidup.
o Abortus Insipiens
Abortus
Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan
bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan
Abortus Insipiens meliputi :
- Jika usia
kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
- Berikan
ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
- Segera
lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
- Jika usia
kehamilan lebih 16 minggu :
o Tunggu ekspulsi spontan hasil
konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
o ika perlu, lakukan infus 20 unit
oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
o Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan
o Abortus lnkompletus
Abortus
Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta
(seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang
lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.
Penanganan
abortus inkomplit :
- Jika
perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin
0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
- Jika
perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi
vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
- Jika
evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat
diulang setelah 4 jam bila perlu).
- Jika kehamilan
lebih dari 16 minggu:
o Berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k
ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
o Jika perlu berikan misoprostol 200
mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal
800 mcg)
o Evaluasi sisa hasil konsepsi yang
tertinggal dalam uterus.
o Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan
· Abortus
Kompletus
Pada abortus
kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan
dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Penderita dengan
abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita
anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia
berat maka perlu diberikan transfusi darah.
· Abortus
Servikalis
Pada abortus
servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis
servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding
menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi
Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
· Missed
Abortion
Missed abortion
adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati
itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion
tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone
progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed
abortion.
ASUHAN
KEPERWATAN
Pengkajian
Adapun hal-hal
yang perlu dikaji adalah :
1.
Biodata : mengkaji identitas
klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan
dan alamat
2.
Keluhan utama : Kaji adanya
menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
3.
Riwayat kesehatan , yang terdiri
atas :
· Riwayat
kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
· Riwayat
kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya
pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh
siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami
: Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan
penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang
dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas
: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Riwayat seksual : Kaji mengenai
aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang
menyertainya.
Riwayat pemakaian obat : Kaji
riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji
mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat
tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan
fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi
yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi
indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau
menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
- Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
- Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
- Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau
tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang
organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
- Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
- Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh
dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi
yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium :
· Darah dan urine serta pemeriksaan
penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
· Keluarga berencana : Kaji mengenai
pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan
kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan
pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.
Kaji orang terdekat dengan
klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran
klien dan mekanisme koping yang digunakan.
Status sosio-ekonomi : Kaji
masalah finansial klien
Data spiritual : Kaji tentang
keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan.
Diagnosa
Keperwatan
- Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
- Perubahan perfusi jaringan yang b.d hipovolemia
- Nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
- Resiko Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
- Ansietas b.d kurang pengetahuan
Renacana Intervensi
1.
Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi
devisit volume cairan,
Kriteria
hasil :
Seimbang antara
intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Rencana
keperawatan
- Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
- Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
- Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi
perdarahan massif
- Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian
melalui pemeriksaan fisik
2.
Perubahan perfusi jaringan yang b.d hipovolemia
Tujuan :
Kriteria
hasil :
Perfusi jaringan
adekuat dibuktikan dengan denyut jantung janin (DJJ) dalam batas normal
Rencana
keperawatan :
· Kaji
status fisiologi ibu, status sirkulasi, dan volume darah.
Rasional :
kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan. Kemungkinan menyebabkan
hipovolemia hipoksia uteroplasenta.
· kaji
DJJ. Catat bradikardi atau takikardi. Catat perubahan pada aktifitas janin.
Rasional :
mengkaji berlanjutnya hipoksia janin
- kaji kehilangan darah ibu karena adanya kontraksi uterus.
Rasional : kehilangan darah ibu secara berlebihan
menurunkan perfusi jaringan
- kaji tinggi fundus uteri
rasional : menghilangkan tekanan pada vena kava
inferior meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen
3.
Nyeri b.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat
beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Kriteria
hasil :
Nyeri dapat
teratasi
Rencana
keperawatan
· Kaji
kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional :
Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
· Terangkan
nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional :
Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
· Kolaborasi
pemberian analgetika
Rasional :
Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika
oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
4.
Resiko Infeksi
Faktor resiko :
faktor perdarahan dan vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi
infeksi selama perawatan perdarahan
Kriteria
hasil :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi
- TTV dalam batas normal
c. Hasil laboratorium dalam batas
normal: lekosit
Rencana keperawatan
Rencana keperawatan
· Kaji
kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional :
Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya
warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
· Terangkan
pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
· Lakukan
pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional :
Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
· Lakukan
perawatan vulva
Rasional :
Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
· Terangkan
pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional :
Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
· Anjurkan
pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional :
Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan
sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
5.
Ansietas b.d kurang pengetahuan
Tujuan :
pengetahuan
klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Kriteria
hasil :
- Tidak terjadi kecemasan
- Menunjukan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah
Rencana keperawatan :
· Kaji
tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
· Kaji
derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional :
Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien
tentang penyakit
· Bantu
klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional :
Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
· Asistensi
klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional :
Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
· Terangkan
hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Bickley Lynn S.2008.Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat Kesehatan Bates,Edisi
5. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta
Carpenito, Lynda, (2001), Buku
Saku Diagnosa Keperawatan,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Doengoes, M. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.jakarta
Hinchliff Sue.1999.Kamus Keperawatan,Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media
Aesculapius. Jakarta
Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas,Salemba Medika.padang
Muttaqin Arif. 2010.Pengkajian Keperawatan,Salemba Medika.Jakarta
Price sylvia A,wilson lorraine M.2006.Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit,Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Sumapraja, Witjaksono. (2007). Majalah Kesehatan Keluarga “Dokter Kita”.
Jakarta : Dian Rakyat.
Wiknjosastro
Hanifa,dkk.2007.Ilmu Kebidanan. Edisi 9.Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar