Askep
Kista Ovarium
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi
kista, yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal,
folikel graft, atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak
melaporkan nyeri abdomen akut atau kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista
menstimulasi berbagai kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau
kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan
abdomen dan penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar
biasanya adalah melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5
cm, dan tampak terisi oleh cairan atau fisilogis pada pasien muda yang sehat,
kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29
tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang
jinak. Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu
pengecualian. Penurunan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan
kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi
ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang
ketat.
Dari uraian di atas, maka penulis ingin
mengetahui lebih banyak bagaimana asuhan keperawatan yang diberikam pada
penderita kistoma ovary
1.2
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovari
1.3
Tujuan Khusus
a.
Mampu melakukan
pengkajian pada klien dengan kista ovary
b.
Mampu menemukan
masalah keperawatan pada klien dengan kista ovari
c.
Mampu
merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista ovari
d.
Mampu
melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista ovari
e.
Mampu mengevaluasi
tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan kista ovari
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1
Definisi
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur
atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium
2.2
Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe
folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini
terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Folikel
adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan
normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi
untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak
terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang
keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.
Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh
seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid
2.3
Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal
kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan
sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu
terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan
siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit
mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang
memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari
yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak.
Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin
yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini
berasal dari folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan
segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul
langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan
diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya
penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga
teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
2.4
Tipe Kista
2.4.1
Tipe Kista Normal
Kista Fungsional Ini merupakan jenis kista ovarium yang
paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum,
terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista fungsional akan
tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur
yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional
akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional
terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu,
tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8 minggu
2.4.2
Tipe Kista Abnormal
1.
Cystadenoma,
Merupakan
kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya bersifat jinak,
namun dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.
2.
Kista coklat (endometrioma),
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat karena
berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
3.
Kista dermoid
Merupakan
kista yang yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku, rambut,
gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung telur.
Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
4.
Kista endometriosis, Merupakan kista
yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini
berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga
menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
5.
Kista hemorrhage, Merupakan kista
fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan nyeri di salah satu
sisi perut bagian bawah
6.
Kista lutein, Merupakan kista yang
sering terjadi saat kehamilan. Beberapa tipe kista lutein antara lain:
1). Kista
granulosa lutein, Merupakan kista yang terjadi di dalam korpus luteum ovarium
yang fungsional. Kista yang timbul pada permulaan kehamilan ini dapat membesar
akibat dari penimbunan darah yang berlebihan saat menstruasi dan bukan akibat
dari tumor. Diameternya yang mencapai 5-6 cm menyebabkan rasa tidak enak di
daerah panggul. Jika pecah, akan terjadi perdarahan di rongga perut
2). Kista theca
lutein, Merupakan kista yang berisi cairan bening dan berwarna seperti jerami.
Timbulnya kista ini berkaitan dengan tumor ovarium dan terapi hormon
7.
Kista polikistik ovarium, Merupakan
kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur
secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena
bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap
(persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
2.5
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kista ovarium antara lain:
1.
Sering tanpa gejala.
2.
Nyeri saat menstruasi.
3.
Nyeri di perut bagian bawah.
4.
Nyeri pada saat berhubungan badan.
5.
Nyeri pada punggung terkadang
menjalar sampai ke kaki.
6.
Terkadang disertai nyeri saat buang
air kecil dan/atau buang air besar.
7.
Siklus menstruasi tidak teratur;
bisa juga jumlah darah yang keluar banyak
2.6
Insiden
Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik
(kista ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium
merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka
kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat
asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah berada dalam stadium
akhir. Kista dermoid yang merupakan bagian dari kista ovarium 80 % didapati
pada penderita yang berusia antara 20-30 tahun. Pada wanita usia muda (biasanya
kurang dari 40 tahun) resiko tumor menjadi ganas berkurang, oleh karena itu
kista dapat dikontrol dengan USG pelvic. Ada beberapa yang menjadi ganas,
dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause.
Pada usia rata-rata 30 tahun, tumor rata-rata berukuran 6 cm dan teratoma
bilateral kira-kira 10 %. Sebagian besar wanita dengan teratoma matur bersifat
asimptomatik. Pada kista dermoid yang simptomatik,sebagian besar timbul nyeri
perut dan perasan yang tidak menyenangkan.
2.7
Tanda dan Gejala
Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala.
Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas
hormone atau komplikasi tumor tersebut.
Tanda
dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a.
menstruasi yang tidak teratur,
disertai nyeri
b.
perasaan penuh dan dtertekan diperut
bagian bawah
c.
nyeri saat bersenggama
d.
perdarahan
2.8
Pemeriksaan Diagnostik
Keterlambatan mendiagnosis kanker
ovarium sering terjadi karena letak ovarium berada didalam rongga panggul
sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker ovarium ini di deteksi lewat
pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar maka akan terabab ada benjolan.
Jika dokter menemukan kista, maka selanjutanya akan dilakukan USG untuk
memastikan apakah ada tanda tanda kanker atau tidak. Kemudian
dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy) untuk
memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan
laparskopi, melalui lubang kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan
dan tumor marker dengan pemeriksaan darah
2.9
Penatalaksanan
a.
Pengangkatan kista ovarium yang
besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau
laparatomi salpingooforektomi.
b.
Kontrasepsi oral dapat digunakan
untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
c.
Perawatan pasca operasi setelah
pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan
setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra
abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah
pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
gurita abdomen sebagai penyangga.
d.
Tindakan keperawatan berikut pada
pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan
analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik
relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk.
2005:273
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian
umum kista:
· Ada tidaknya keluhan nyeri diperut
bagian bawah?
· Ada tidaknya gangguan BAB dan BA?
· Ada tidaknya asites?
· Ada tidaknya perut membuncit?
· Ada tidaknya gangguan nafsu makan?
· Ada tidaknya kembung?
· Ada tidaknya sesak nafas?
· Pengkajian diagnostic kista:
USG
: Ada tidaknya benjolan berdiameter > 5 cm
CT
Scan: Ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan.
3.2
Diagnosa
1.
Gangguan rasa nyaman ( Nyeri )
berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor.
2.
Gangguan rasa nyaman ( cemas )
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
3.
Gangguan harga
diri berhubungan dengan perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual
4.
Resiko infeksi daerah operasi
berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang adequat.
3.3
Rencana Tindakan
1.
Gangguan rasa nyaman ( Nyeri )
berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor (Tujuan: Setelah
diberi tindakan keperawatan nyeri berkurang sampai hilang sama sekali)
Intervensi
a.
Kaji tingkat dan intensitas nyeri.
(R/
mengidentifikasi lingkup masalah)
b.
Atur posisi senyaman mungkin.
(R/
Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri)
c.
Kolabarasi untuk pemberian terapi
analgesik.
(R/menghilangkan
rasa nyeri)
d.
Ajarkan dan lakukan tehnik
relaksasi.
(Merelaksasi
otot – otot tubuh).
2.
Gangguan rasa nyaman ( cemas )
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya. (Tujuan : Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa
nyaman (cemas) berkurang.
Intervensi
a.
Kaji dan pantau terus tingkat
kecemasan klien.
(R/
mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan
selanjutnya )
b.
Berikan kesempatan tentang apa yang
dia rasakan
(R/
memberikan minat dan memperbaiki kesalahan konsep)
c.
Berikan penjelasan tentang semua
permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.
(R/
Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan
dirinya )
d.
Bina hubungan yang terapeutik dengan
klien.
(R/
Hubungan yang terapeutuk dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
3.
Gangguan harga
diri berhubungan dengan perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual
(Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperwatan menyatakan penerimaan diri pada situasi
dan adaptasi perubhan pada citra tubuh.
Intervensi
a.
Kaji stress emosi klien
(R/
untuk melakukan tindakan selanjutnya)
b.
Berikan kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya terhadap perubahan status kesehatannya
(R/
Memberikan minat dan perhatian serta memperbaiki kesalahan konsep)
c.
Berikan informasi yang akurat
(R/
memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi)
d.
Berikan dukungan spiritual kepada
klien
(R/
agar klien tetap bersemangat dan tidak berputus asa terhadap perubahan status
kesehatannya)
4.
Resiko infeksi daerah operasi
berhubungan dengan perawatan luka
operasi
yg kurang adequat.
(Tujuan
: Selama dalam perawatan, infeksi luka operasi tidak terjadi)
Intervensi
a.
Pantau dan observasi terus tentang
keadaan luka operasinya.
(R/ Deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat )
(R/ Deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat )
b.
Lakukan perawatan luka operasi
secara aseptik dan antiseptik.
(R. menekan sekecil mungkin sumber penularan eksterna )
(R. menekan sekecil mungkin sumber penularan eksterna )
c.
Kolaborasi dalam pemberian
antibiotika.
(R/
Membunuh mikro organisme secara rasional )
3.4
Evaluasi
Hasil
yang diharapkan :
1.
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
dan menunjukkan postur rileks
2.
Tampak rileks dan melaporkan
ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
3.
Mencapai masa penyembuhan tepat
waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
4.
Pasien menerima terhadap perubahan/
citra tubuh terhadap diriny
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan
: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih
Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC
Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care.
Seventh edition. Philadelphia : Mosby.
netsains.com/2009/08/tips-praktis-mengatasi-kista-ovarium
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
trilestari.staff.umm.ac.id/files/2010/01/KISTA-OVARIUM.ppt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar